Tradisi Bukber yang menembus batas



Setiap menjelang pertengahan bulan Ramadhan tidak aneh kalau grup-grup WA maupun Facebook tiba-tiba ramai dengan topik seputar buka puasa bersama (bukber). Mulai grup kantor, kuliah, Komunitas, bahkan sampai teman-teman SD sekalipun tidak sepi dengan ajakan buka puasa bersama.

Tradisi buka bersama juga mewarnai “pergaulan politik” tanah air. Mulai dari Presiden, pejabat negara, petinggi parpol, hingga tokoh nasional bergiliran menggelar buka bersama, bahkan sudah kuat menjalar hingga ke tingkat RT/RW sekalipun. Buka bersama ini nampaknya memberikan hawa positif.

Kegiatan bukber kini sudah banyak menembus batas, seakan ada plus minus ada sisi positif dan negatif nya.

  • Menjalin Silaturahmi
Jujur saya akui, kalau acara ini cukup efektif untuk untuk menjalin silaturahmi seperti yang sudah dituturkan seperti diatas. 








Dokumentasi pribadi admin


  • Meningkatnya Pengeluaran

Media Tirto.ID melakukan riset terhadap 300 responden warga Jakarta. Hasilnya, selama bulan puasa, pengeluaran rumah tangga justru meningkat. Salah satu yang paling menguras biaya adalah kegiatan buka bersama.

Survei ini mengacu dari sekitar 50 persen lebih berasal dari kelas menengah Jakarta. Tirto menujukkan hasil survei bahwa; “Alih-alih mengendalikan diri, orang malah cenderung konsumtif selama Ramadan. Hasil survei menunjukkan masyarakat Jakarta mengeluarkan uang tambahan sebesar Rp1-3 juta selama Ramadan. Bahkan, 3,1 persen lainnya harus mengeluarkan uang tambahan sebesar Rp 6 juta per bulan”.

“Selama bulan Ramadan, mayoritas kaum muda kelas menengah Jakarta mengeluarkan uang tambahan sebesar Rp1 juta – Rp 3 juta (56,4 persen). Sebanyak 89,5 persen masyarakat muda kelas menengah Jakarta menyatakan buka bersama/makanan merupakan pengeluaran terbesar. Semakin tinggi pendapatan masyarakat Jakarta, semakin besar alokasi untuk buka bersama”

“Kaum muda yang memiliki pendapatan Rp 2 juta hingga Rp 5 juta hanya mengalokasikan 10 persen hingga 20 persen dari pendapatannya untuk buka bersama. Sedangkan, mereka yang berpendapatan lebih dari Rp 7,5 juta mengalokasikan 31 persen hingga 35 persen dari pendapatannya untuk buka bersama”.


Demikianlah penuturan admin secara sederhana mengenai Tradisi Bukber dari berbagai sisi. Semoga bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Tradisi Bukber yang menembus batas"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel